“Seorang anak tega membunuh ayahnya” “Seorang ayah tega mencabuli anak kandungnya sendiri berkali-kali hingga hamil” “seorang suami bunuh istri” “seorang ibu membunuh dan memutilasi bayinya sendiri” “seorang adik membunuh kakaknya” “seorang ibu menganiaya anak kandungnya hingga tewas”
Pernah ga sih baca headline berita semacam itu di Running Text atau malah melihat langsung beritanya di Televisi? Saya sering.
Saking terlalu seringnya, sekarang, mendengar perbuatan kriminal semacam itu sepertinya udah ga asing banget di telinga. Perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang terdekat. Orang-orang yang seharusnya melindungi dan mengayomi justru menjadi sumber mala petaka bagi keluarga.
Faktor Alasannya beragam, entah itu karena Faktor Degradasi Mental, di Bawah Pengaruh Alkohol maupun Obat-obatan, Latar Belakang Keluarga, Lingkungan Sekitar, Minimnya Ilmu Pendidikan yang dimiliki, dll. Faktor-faktor yang kemudian didukung dengan sumber masalah yang dialami. Hanya karena sebuah masalah yang terasa sulit untuh dihadapi, bagi beberapa orang, bisa tega melakukan sesuatu yang sangat keji sekali.
Selain karena faktor tersebut, penyebab utamanya tentu adalah karena minimnya iman yang dimiliki. Ya, karena semalas-malasnya orang untuk beribadah, semarah-marahnya ibu ke anaknya, jika sedikit saja masih ada iman di hati, pasti tidak akan tega melakukan seperti itu.
Image source: Pixabay.com |
Faktor-faktor penyebab yang sebenarnya bisa diatasi dengan kepala dingin. Tapi karena minimnya iman, syaitan pun mampu membujuk untuk melakukan kejahatan. Apa lagi tugas syaitan selain menjerumuskan manusia ke dalam lubang hitam? Semakin minimnya iman kita maka syaitan semakin mudah mengajak kita untuk melakukan hal-hal yang keji.
Zaman sekarang, perbuatan-perbuatan kriminal semacam itu semakin merajalela. Sebagai orangtua, saya khawatir sekali dengan anak saya jika dewasa kelak. Bagaimana nanti di zaman dia, apakah perbuatan semacam itu akan bertambah merajalela? Atau justru sebaliknya?
Dari berita-berita kriminal yang sering saya dengar di Televisi tersebut, ada beberapa hal yang akan saya ajarkan atau terapkan ke Sultan agar terhindar dari perbuatan kriminal.
💚 Menanamkan Ilmu Agama Sejak Dini
Saya yakin, bahwa dengan menanamkan ilmu agama sejak dini bisa mempengaruhi pola pikir nya saat dewasa nanti.
Setidaknya, saat anak saya masih kecil kaya sekarang, saya harus mengajari anak tentang konsep baik dan tidak baik atau konsep salah dan benar. Minimal, Sultan nanti akan tau bahwa ada yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan sebagai manusia yang beragama.
💚 Memasukkan Sultan ke Pesantren
Tiap orangtua pasti berbeda pandangan, pendapat dan pilihan tentang pendidikan yang akan ditempuh oleh anak nanti.
But IMHO, dengan memasukkan anak ke Pesantren anak pasti terbiasa dengan lingkungan sosial yang baik sehingga menumbuhkan prilaku dan karakter yang akan mengikuti serta menyesuaikan lingkungan sosialnya.
Dengan padatnya waktu belajar di Pesantren serta banyaknya pelajaran agama yang akan dia dapat, diharapkan ketika dewasa nanti anak akan tahu bahwa beragama itu punya aturan, mana yang harus dipatuhi dan mana yang harus dijauhi.
Bukannya saya tidak percaya dengan pendidikan di luar Pesantren, hanya saja saya harus benar-benar memastikan ilmu agama yang dia peroleh jika sekolah di luar. Bukan hanya pendidikan agama dasar berupa apa itu agama, dll. Tapi bagaimana agar dia tahu seluk beluk agama yang dia anut. Dari Pendidikan Sejarah Islam, Sejarah dibukukannya Alquran, siapa saja yang bisa dikatakan sebagai Sahabat Rosulullah, dll.
Memang, Lulusan Pesantren pun tidak menjamin anak akan menjadi sholeh/sholehah dan lain sebagainya. Tapi setidaknya, dengan ilmu yang dia dapat di Pesantren pasti akan masih ada sedikit iman dan rasa takut ketika hendak berbuat sesuatu yang tidak patut dilakukan.
💚 Memantau Pergaulannya
Walau sekolah di Pesantren, ada juga ko santri yang tidak bisa diatur. Dalam arti, santri yang melanggar aturan Pesantren, baik pelanggaran yang masih bisa dikatakan wajar seperti tidak ikut sholat berjama’ah atau pelanggaran berat seperti ketahuan mengobrol berdua bersama santri lawan jenis dan mencuri. Makanya, ada hukuman-hukuman yang bisa dikasih bagi santri yang melanggar. Hukuman terberat adalah dikeluarkan dari Pesantren.
Dengan memantau pergaulannya, diharapkan anak tidak terjeremus atau terbawa-bawa dengan pergaulan teman yang kurang baik.
Selain memantau pergaulan di dalam Pesantren, juga pastinya memantau pergaulan anak di rumah ketika liburan sekolah tiba.
Setiap orangtua pasti memiliki teori tersendiri tentang mendidik anak masing-masing. Begitu juga dengan saya. Dengan teori dan pengalaman yang nantinya akan saya berikan ke anak, pastinya diharapkan bisa menjadi perisai untuk tidak berbuat sesuatu yang keji.
See you,
Agama dan tauhid emang harus no 1 ya mba. Sedini mungkin dikenalkan pada anak. Aku jg mau pesantrenkan adik aku mba.
BalasHapusIya mba, setuju.
HapusWah, mau dipesantrenin di mana mba?
Mudah2an betah selalu ya adiknya
Agama memang harus jadi pondasi. Insya Allah, kalau pondasinya kuat, hidup pun jadi tentram
BalasHapusBener banget mba.
Hapus