Biaya Rapid Test di Jakarta

Bismillah.

Assalamu'alaikum, Teman-Teman. Apa kabar?

Gimana? Masih pada semangat untuk tetap di rumah aja?

Bosen? Gapapa banget. Manusiawi, kok.

Saya juga sedang di fase bosen banget. Lagi banyaaak yang saya rindukan dari kehidupan normal.

Ditambah sekarang punya bayi yang baru usia satu bulan. Rutinitas setiap harinya gitu-gitu terus.

Rasanya pengen refreshing cari udara segar. Jalan-jalan pagi dengan santai sambil sunbathing bareng bayi. Seger banget pasti.

Yuk semangat, yuk. Meski katanya Indonesia memasuki new normal, tapi biarlah yang beraktivitas di luar hanya mereka para pencari rezeki.

Kita-kita yang nggak ada kepentingan mendesak untuk keluar rumah, tetap di rumah aja lah, ya. Biar angka positif covid-19 di Indonesia bisa turun.

Bosen kan denger berita yang positif covid-19 setiap harinya naik terus?

Ya sebenernya ada bagusnya juga angka positifnya terus naik, karena dibarengi dengan naiknya jumlah masyarakat yang di-tes covid-19.

Semakin banyak yang dites, maka akan semakin cepat diketahui jumlah pasien yang positif. Otomatis semakin mudah mencegah penularan, sehingga mampu meminimalisir jumlah pasien positif.

Harapannya semoga jumlah angka yang sembuh bisa melebihi jumlah angka positif, dengan tetap melakukan tes massal secara masif.

Untuk mendeteksi covid-19, ada dua langkah yang biasa dilakukan oleh pemerintah.

Salah satu langkahnya adalah dengan rapid test.

Image source: dokumentasi Kemenkes via Twitter 

Alhamdulillahnya sekarang pemerintah gencar melakukan tes massal sebagai skrining awal. Rapid test dilakukan secara masif di berbagai wilayah Indonesia, untuk mengetahui potensi penyebaran virus agar segera dilakukan tindakan penanganan.

Kalau ada yang bilang bahwa hasil rapid test itu nggak akurat, ya memang betul. Karena rapid test bukan mendeteksi adanya virus corona, tapi sebagai skrining awal.

Makanya hasil dari rapid test bukan positif atau negatif, melainkan reaktif atau non reaktif.

Reaktif berarti, di tubuh pasien yang diperiksa telah terbentuk antibodi, di mana antibodi terbentuk jika ada virus di dalam tubuhnya. Nah, thats why rapid test disebut sebagai skrining awal.

Saat hasilnya reaktif, si pasien akan dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan dilakukan tes PCR (Polymerase Chain Reaction), atau yang biasa disebut dengan tes swab/usap.

Tes swab dinilai lebih akurat karena metode tesnya berbasis antigen, yaitu memeriksa virusnya langsung. Hasilnya nanti apakah positif atau negatif.

Berhubung tes PCR/swab alur pemeriksaannya panjang karena spesimennya harus diperiksa di laboratorium, dan untuk mendapatkan hasil pemeriksaannya memakan waktu lama, maka rapid test bisa menjadi solusi sebagai skrining awal.

Apalagi harga tes swab mahal banget, huhu.

Nantinya, pasien yang hasil rapid testnya reaktif akan diperiksa tes swab. Jika hasil tes swabnya positif, maka pasien akan dikarantina.

Begitulah alur pemeriksaan covid-19.

Btw sudah ada yang pernah coba Rapid test?

Bagi warga Jakarta, sudah banyak tempat yang menyediakan rapid test. Baik yang berbayar, atau gratis.

Bisa dengan datang langsung RS terkait, atau bisa booking dulu secara online.

Bisa booking via online? Bisa banget. Tinggal buka aplikasi Halodoc.

Sekadar informasi, Halodoc adalah aplikasi kesehatan yang memberikan solusi lengkap dan terpercaya untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat Indonesia.

Melalui aplikasi Halodoc, selain bisa konsultasi online dengan dokter yang kompeten di bidangnya, juga bisa membeli obat atau kebutuhan medis lain di apotek, bisa cek laboratorium, dan menyediakan layanan asuransi kesehatan. Dan sekarang, bisa juga untuk booking rapid test.

Rapid test Jakarta melalui aplikasi Halodoc harganya variatif. Dari mulai Rp. 295.000 sampai Rp. 1.699. 900

Selain harganya variatif, juga bisa make appointment dengan dokter kapan saja.

Oh, iya, btw saya tuh gemes kalau ada yang nyebut virus covid-19.

Fyi, covid-19 itu bukan nama virus, melainkan nama penyakitnya yang kepanjangannya adalah Corona Virus Desease 2019.

Artinya yaitu, penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang ditemukan dan dilaporkan pada tahun 2019.

Sedangkan nama virusnya adalah Sars Cov-2,  yang kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia berarti, Korona Virus Sindrom Pernapasan Akut 2. 

Sars Cov-2 merupakan salah satu anggota virus corona.  

Panjang, ya, nama virusnya. 

Semoga masa menjangkiti manusianya nggak sepanjang namanya. 

Berharaaap banget keadaan ini segera pulih dalam waktu dekat. Aamiin. 

Stay healthy, stay safe, dan stay at home ya, Teman-Teman. 

Salam, 

Tidak ada komentar

Welcome to my second home, dan terima kasih sudah mampir ke rumah.