Bumi Bukan Warisan, Melainkan Pinjaman.


Bumi bukanlah warisan dari nenek moyang kita, melainkan kita meminjamnya dari anak cucu kita. - Unknown 
Selalu jleb kalau denger quote di atas. Berasa ketampar dan jadi ingin bersungguh-sungguh untuk selalu menjaga  kelestarian bumi.
Image source: Pixabay.com

Saya lupa quote tersebut diucapkan oleh siapa, yang pasti saya mendengar langsung quote tersebut diucap berulang-ulang oleh MC saat saya menghadiri undangan Ulang Tahun Yayasan Unilever Indonesia ke 17 yang mengadakan acara Unilever Sustainability Day dengan tema "Better Bussiness, Better World"


Salah satu fakta yang bikin saya speachless saat menghadiri undangan tersebut adalah saat pembicara Mohamad Bijaksana Junerosano selaku Founder of Greeneration Indonesia and Waste4Change membeberkan kenyataan bahwa Indonesia ini darurat masalah sampah.

Menurut beliau pada saat itu, Jakarta menghasilkan 7000 ton sampah setiap harinya. Angka yang fantastis. Itu hanya Jakarta, belum dikali dengan seluruh kota yang ada di Indonesia.

Masih ingat berita beberapa pekan lalu saat ikan paus terdampar di Pulau Kapota, Kepulauan Wakatobi dan ternyata ditemukan 5,9 kg sampah di perutnya yang didominasi oleh sampah plastik? Miris ya dengernya. Hewan yang nggak tau apa-apa, tapi harus kena dampak dari ulah manusia.


Image source: Instagram @zerowaste.id_official
Sampah-sampah di Indonesia ini didominasi oleh sampah plastik yang notabenenya adalah sampah yang perlu waktu bertahun-tahun untuk terurai sempurna.

Bayangin aja, setiap pagi dari pasar pasti bawa kantong plastik banyak. Siangnya ke warung bawa pulang lagi kantong plastik, belum lagi sore dan malam pas beli makan atau jajan di luar. Erat sekali dengan kantong plastik.

Untuk mengurangi penggunaan kantong plastik, beberapa tahun lalu pemerintah sempat menerapkan peraturan plastik berbayar saat belanja di minimarket atau supermarket. Tapi sayang, programnya kurang membuahkan hasil karena masih banyak yang rela membayar Rp. 200 perak/plastik daripada harus bawa tas belanjaan dari rumah. Tapi Alhamdulillah, supermarket deket rumah saya masih memberlakukan plastik berbayar Rp. 200. perak/plastik dan mendapatkan potongan Rp. 200 perak kalau bawa tas belanja sendiri.

Bagi saya sih, selain memang lagi mengurangi penggunaan kantong plastik, juga rasanya sayang aja gitu bayar Rp. 200 perak hanya untuk satu kantong plastik yang ujung-ujungnya berakhir di tong sampah. Jadi tiap belanja di supermarket tersebut, saya pasti bawa tas belanja sendiri. 

Begitu juga kalau belanja di minimarket, meski kantong plastiknya nggak berbayar lagi, pasti diusahakan untuk selalu bawa tas belanja sendiri. Tapi saya belum sepenuhnya mengurangi penggunaan plastik, karena kadang masih bandel saat beli makan di luar.

Mudah-mudahan secara perlahan, saya bisa bener-bener mengurangi penggunaan kantong plastik baik saat belanja di minimarket/supermarket, juga saat belanja di pasar, tukang sayur, warung dan jajan di luar dengan membawa wadah makan sendiri.

Saat ini sih sudah banyak masyarakat Indonesia yang sadar akan kedaruratan masalah sampah ini. Sekarang, gerakan zero waste sudah banyak dilakoni oleh berbagai kalangan, bahkan sampai ada komunitasnya kalau nggak salah. 

Seneng liat postingan gerakan #zerowaste yang selalu berseliweran di Instagram. Sangat menginspirasi untuk selalu menjaga kelestarian bumi. Mereka konsisten untuk selalu membawa tas belanja dan wadah makanan kosong pas bepergian buat jaga-jaga kalau pengen beli sesuatu. Bahkan sedotan stainless aja dibawa-dibawa. 


Image source: Instagram @zerowaste.id_official

Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Slogan yang pas untuk memulai gerakan program sustainable. 

Menjaga kelestarian bumi bukan hanya meminimalisir produksi sampah dengan sistem Reduce (kurangi), Rause (gunakan lagi), Recycle (daur ulang), tapi juga menghemat penggunaan air bersih dan penggunaan listrik agar kelak bumi ini dapat dikembalikan pada anak cucu kita yang akhirnya mereka hidup di bumi yang layak untuk ditempati. 

Salam, 

4 komentar

  1. Tantangan kita semua, kaum milenial, hidup maunya serba cepat dan praktis yang imbasnya luar biasa merusak bumi ini. Well,belajar zero waste memang nggak mudah, tapi kalau ingt hanya pinjam lapak di bumi ini. Apa iya mau terus-terusan merusaknya? Nice reminder bgt Mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mba, untuk memulai nerapin zero waste itu syusyah minta ampun, karena emang ngerasa ribet aja gitu dan semenjak tau dampak yang dihasilkan dari zero waste ini sangat besar untuk kelestarian bumi, malah jadinya ngerasa bersalah kalau bawa pulang kantong plastik.

      Hapus
  2. aku sendiri udah mulai bawa tote bag kemana2 biar ga usah bawa pulang kantong plastik hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah, keren. Aku nulis gini tapi belum sekosisten dirimu, masih bolong-bolong. *tutup muka*

      Hapus

Welcome to my second home, dan terima kasih sudah mampir ke rumah.