Persiapan Sebelum Berangkat Ibadah Haji

Bismillah.

Assalamu'alaikum, teman-teman.

Teman, saya mau sedikit cerita pengalaman ibadah haji saya boleh?

Iya, saya sudah pernah melaksanakan ibadah haji di tahun 2011 yang lalu. Haji di usia muda, yaitu 19 tahun. 

Rasanya gimana? Amazing! Speachless, happy, dan terharu.

Dulu saya berangkat haji sama Abah (bapak). Ibu nggak ikut, karena di tahun 2007 nya sudah berangkat juga berdua sama Abah. 

Perjalanan selama melaksanakan ibadah haji saat itu masih menyisakan sedikit memori. Sisa memori itulah yang sampai saat ini membuat saya selalu ingin kembali ke Tanah Haram. 

Dulu saya mendapat penginapan di wilayah Jarwal, tepatnya di Bi'r Tuwa. Jaraknya 1,3 KM ke Masjidil Haram. 

Jadi kalau mau salat di Masjidil Haram, harus menempuh perjalanan sekitar satu jam untuk sampai.

Kok lama? Iya, soalnya jalan kaki, hihi. 

Dulu belum ada angkutan bus gratis bagi jama'ah seperti sekarang. Makanya harus jalan kaki kalau mau ke sana. 

Cape? Awal-awal tentunya iya. Tapi setelahnya justru saya menikmati. Dengan berjalan kaki, saya bisa sambil mengamati daerah sana.

Masjid Quba, Madinah. Dok pribadi, saat suami ibadah Umrah tahun 2019 kemarin. Salah satu masjid yang selalu dikunjungi oleh jama'ah haji dan umrah saat di Madinah 

Jadinya sampai hari ini pun, saya masih sangat hapal rute perjalanan dari Jarwal ke Masjidil Haram, maupun sebaliknya. Sayangnya saya lupa sekali nama apartemen yang saya tempati. 

Long short story, saya sering banget rindu untuk kembali ke sana. Bahkan beberapa kali pernah menangis karena menahan rindu. 

2011 saya yg wajahnya ditutup pas lagi di peternakan unta. 2019 suami. Satu-satunya foto kenangan yg saya punya. Dulu hp nya jadul, jadi ga HD. Eh sekarang malah ilang hp beserta isi memorinya. 

Rindu yang menggebu-gebu, membuat saya akhirnya mencoba untuk jalan-jalan virtual melalui Google Earth dua bulan yang lalu.

Jalan-jalan virtual menyusuri rute yang biasa saya lewati setiap harinya, mencoba mencari tempat penginapan dulu. 

Ketemu? Nggak, huhu. 

Hanya ketemu masjid kecil dekat apartemen. Alhamdulillah setidaknya sedikit mengobati rasa rindu.  

Masjid kecil dekat penginapan. Biasa salat Dzuhur di sini. Karena cuaca yang panas, kami nggak pergi ke Masjidil Haram

Ibadah haji merupakan rukun Islam ke lima. Hukumnya wajib bagi yang mampu. Baik yang mampu secara finansial, maupun secara fisik.

Btw kalau lagi musim haji, pasti di televisi ada informasi jumlah jama'ah Indonesia yang meninggal di sana. Iya, kan? 

Percaya nggak percaya, di sana setiap harinya memang ada jama'ah yang meninggal. Setiap setelah salat berjama'ah di Masjidil Haram, pasti dilanjut dengan salat jenazah. 

Bayangkan! Salat jenazah lima kali sehari. Setiap salat, jumlah jenazahnya bisa lebih dari satu. 

Merinding, sekaligus iri. Merinding karena menghadapi kenyataan bahwa batas usia manusia itu nggak mengenal waktu dan tempat. Iri, karena mereka terpilih untuk meninggal di tempat suci.

Disalati di Masjidil Haram, dan kemungkinan dimakamkan di Ma'la: tempat Khadijah istri Rosulullah juga dimakamkan. Subhaanallah. 

Berdasarkan pengalaman ibadah haji tahun 2011 lalu, berikut persiapan sebelum berangkat ibadah haji:

1. Sehat Fisik 

Ibadah haji itu melelahkan. Serius!

Apalagi jama'ah haji reguler, tempat pemondokan di Mekkah, Madinah, maupun saat mabit di Mina jaraknya bisa lebih dari 1 KM. Proses ibadahnya nya pun menguras tenaga. Seperti thowaf, sa'i, dan melempar jumroh. 

Bagi yang sudah mendaftar dan mendapatkan porsi haji, please jaga kesehatan, ya. 

2. Pakaian yang Nyaman

Dulu pas saya di Mekkah, cuacanya panas banget. Saat di Madinah, cuaca dingin banget. 

Bagi jama'ah yang akan berangkat, nggak ada salahnya bawa pakaian yang cocok untuk musim panas dan musim dingin. Termasuk sarung tangan, dan kaus kaki. 

Better safe than sorry. Jangan kaya saya yang nggak bawa jaket tebal, alhasil pernah pingsan di Madinah, hihi. 

3. Makanan/Camilan 

Kalau kalian picky eater, bawa makanan/camilan is a must. 

Di sana meski ada bakso dan soto, tapi rasanya kurang mantap. Mungkin bumbunya bukan pakai yang asli dari Indonesia. 

Atau masak sendiri juga bisa kalau mau. Beli kompor listrik di sana. 

4. Obat-Obatan

Sebenarnya obat-obatan sudah disediakan oleh petugas haji. Misalnya nggak kebawa pun, di sana ada petugas medis Indonesia yang bertugas. 

Jadi kalau butuh obat, bisa minta ke petugas medis. Atau bisa bawa dari rumah untuk pertolongan lebih cepat. 

5. Perlindungan Diri

Rangkaian ibadah haji memakan waktu kurang lebih 40 hari untuk yang reguler. Selama 40 hari itu juga kita meninggalkan semua orang terkasih di Indonesia. 

Nggak ada yang tau apa yang akan terjadi selama 40 hari bagi jama'ah. Risiko kecelakaan maupun kematian bisa saja terjadi. 

Maka dari itu, penting banget memproteksi diri dengan asuransi kecelakaan diri untuk jama'ah haji. Tentunya sebagai bentuk ikhtiar, bukan mendahului takdir. 

Tentang Tugu Insurance 

Salah satu perusahaan asuransi di Indonesia yang memiliki banyak produk asuransi yang telah terdaftar di OJK, dan Bursa Efek Indonesia. 

Mengembangkan bisnis dengan menawarkan 10 produk asuransi sekaligus. Seperti di Sektor Energi, Kebakaran dan Properti, Penerbangan, Rekayasa, Rangka Kapal, Pengangkutan, Kredit dan Pinjaman, Perlindungan dan Ganti Rugi, hingga Asuransi Berbasis Syari'ah. 

Nah, salah satu produk asuransi syariah yang ditawarkan oleh Tugu Insurance adalah Asuransi Kecelakaan Diri Haji dan Travel. 


Sayang banget dulu saya nggak daftar asuransi. Alhamdulillah untungnya nggak ada apa-apa meski pernah pingsan, huhu. 

Terus kalau dikasih kesempatan untuk berziarah lagi ke sana apakah akan daftar asuransi kecelakaan diri? 

InsyaAllah, mencoba berani lebih baik lagi untuk melakukan ikhtiar dengan berasuransi. 

Minta do'anya ya, teman. Semoga saya bisa kembali lagi ke sana. Semoga juga tahun depan kondisi dan situasi sudah kembali normal.  

Jangan lupa jaga kesehatan. Ingat 3M!

Salam, 

Tidak ada komentar

Welcome to my second home, dan terima kasih sudah mampir ke rumah.