#MemesonaItu ketika ikhlas terhadap kenyataan


Ketika seorang ibu sedang hamil, apa sih salah satu harapan terbesar ketika anaknya dilahirkan? Pastinya berharap anaknya lahir dengan keadaan sehat, normal tanpa kekurangan apapun kan? Tapi bagaimana jika ternyata anak yang dilahirkan ada kekurangan dalam fisiknya?

Di negara kita ini, banyak sekali mitos-mitos yang dikaitkan dengan kehamilan maupun persalinan. “Ibu hamil ga boleh keluar malem, ibu hamil ga boleh ngolah ikan, ibu hamil ga boleh makan ketan, ibu hamil ga boleh tidur gelap-gelapan, ibu hamil ga boleh berdiri di tengah pintu, ibu pasca salin ga boleh keluar rumah selama 40 hari, ibu pasca salin kakinya ga boleh nekuk kalau tidur, dan semacamnya”. Banyak larangan yang harus dijuahi oleh ibu hamil. Karena larangan-larangan tersebut dipercaya dapat membahayakan ibu maupun janinnya yang di kandung. 

Budaya kita budaya yang masih banyak menganut mitos. Budaya yang dibawa oleh leluhur jaman dulu hingga diwariskan oleh anak dan cucu-cucunya sampai sekarang, jaman modern. Mitos itu sebenarnya antara ada dan tiada. Ada bagi yang mempercayai, tiada bagi yang menganggapnya biasa. Padahal, bagi yang mempercayai, adanya mitos hanya semacam sugesti ke diri sendiri.

Saya termasuk orang yang tidak percaya terhadap mitos. Ketika hamil pun, saya tetap menjalani apapun yang dianggap terlarang oleh sanak keluarga dan lingkungan sekitar. Karena saya yakin, mitos hanya berupa sugesti yang jika kita percayai justru akan benar terjadi terhadap apa yang kita khawatirkan.

Hingga ketika tiba saatnya saya bersalin, ternyata anak saya lahir dengan microtia grade II (Suatu konsidi di mana telinganya mempunyai ukuran lebih kecil atau berbeda bentuk). Apa yang saya rasakan setelah tahu anak saya lahir dengan microtia? Biasa saja. Iya, biasa saja.

sultan usia 6 bulan :)

Mau marah? Marah ke siapa? Sedih? Tidak bisa. Kecewa? Tidak mungkin. Jika saya harus marah, sedih dan kecewa, kepada siapa yang paling berhak saya tuju? Pasti ke yang maha menciptakan bukan?

Bagaimana bisa saya marah, sedih dan kecewa ke tuhan yang telah menciptakan? Bukankah manusia adalah sebaik-baiknya rupa yang Allah ciptakan (QS At-tin:4)? Maka bagi yang menciptakan, anak saya, sultan adalah sebaik-baiknya rupa yang Allah ciptakan.

Jika saya marah, sedih dan kecewa, betapa kufurnya saya. Bagaimana tidak kufur, selama kurang lebih 10 bulan mengandung yang terasa begitu nikmat. Tanpa morning sickness, tanpa mabok, tanpa ngidam yang aneh-aneh, tanpa pusing, tanpa keluhan yang membuat menderita. Disusul dengan nikmatnya bersalin. Hanya diberi kesempatan merasakan kontraksi selama 2 ½ jam dari kontraksi pertama kali sampai akhirnya lahir, waktu yang begitu singkat untuk kehamilan anak pertama. Begitu singkatnya sampai harus menahan tidak mengejan agar bayi tidak lahir lebih dulu karena bidan yang dipanggil ke rumah belum juga datang. Kehamilan dan persalinan yang begitu nikmat bukan?

Banyak sanak saudara yang bilang bahwa sultan lahir dengan kondisi demikian karena ketika hamil, baik saya ataupun suami pernah melakukan sesuatu tanpa nyebut (semacam istighfar jika melihat sesuatu atau bilang “bating-bating” kalau mau mengerjakan sesuatu). BIG NO untuk ini, lagi-lagi mitos. Apa setiap anak yang lahir dengan tidak sempurna karena semata-mata salah orang tuanya? TIDAK!. Karena semua orang tua yang sedang menanti kehadiran buah hati, sudah pasti telah melakukan apapun yang terbaik demi anaknya kelak.

Dengan kehadiran sultan yang ditakdirkan lahir dengan sedikit kekurangan, saya dapat belajar tentang ikhlas. Bahwa ikhlas adalah sebenar-benarnya sabar. Bahwa #MemesonaItu ya bersikap untuk ikhlas dan sabar di tengah kenyataan.

Jika melihat ke atas, keikhlasan akan sirna. Karena yang dilihat hanya keindahan dan kesempurnaan. Jika melihat ke bawah? Betapa bersyukur dan beruntungnya saya. Bahwa ada banyak anak-anak yang dilahirkan lebih “kurang” dari sultan. Jika saya kufur? ah, malu rasanya!

Sebagai wujud dari keihklasan, saya tidak malu membawa sultan keluar tanpa menutupi kekurangannya. Karena jika orang tuanya saja malu, bagaimana dengan sultan kelak? 

Begitulah cara saya memancarkan pesona. Bagaimana dengan mu? Yuk, share!

10 komentar

  1. Wah.. Soleh sekali dek Sultan gak bikin mama nya mabok pas hamil.. Adem ayem aja dia.. Sing jadi anak soleh yang, nak. Jadi kebanggaan ibu bapak. Doakan aunty cpt berganti status. #ehcurhat. Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iya aunty,Soalnya mamah saya paling ga suka sama muntah :D

      Amin, terimakasih aunty doanya. Semoga sultan cepet punya sepupu ya :p

      Hapus
    2. Aamiin.. aduh terharunya didoain kayak gitu. haha

      Hapus
  2. memesona itu berarti pandai bersyukur ya

    BalasHapus
  3. semoga anak nya anak yang pintar ya mbak

    BalasHapus
  4. Setuju banget Teh,
    Ikhlas itu membuat semua jadi memesona,

    Untuk bisa ikhlas, tentu harus sabar,
    Dan untuk bisa sabar, diperlukan keikhlasan.

    Semoga Sultan Fatih kelak menjadi anak yang sholeh dan hebat,
    Sehebat Sultan Muhammad Al Fatih yang bisa menaklukkan kota Konstatinopel

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe amin, terimakasih om doanya. Papah sultan kekeuh ngasih nama tsb biar sehebat penakluk konstantinofel dan sekeren fatih seferagic katanya om :D

      Hapus
    2. Beruntung Sultan punya papah dan mamah yang hebat.
      Insya Allah sultan akan jauh lebih hebat dari papah dan mamahnya.
      Salam untuk sultan ya bu.
      BTW, blognya udah bagus, templatenya juga.
      Semoga rajin posting yang bermanfaat bagi orang lain, biar pengunjung blognya makin buanyak

      Hapus

Welcome to my second home, dan terima kasih sudah mampir ke rumah.