Ketika obat menjadi teman dekat




Siapa sih yang ga pernah minum obat? Semua manusia pernah sih kayanya, dari yang jarang minum obat sampe yang sehari-harinya minum obat.

Ga bisa dipungkiri, sekarang obat jadi temen dekat. Gimana engga, pusing dikit minum obat. Anget dikit minum obat. Batuk pilek dikit minum obat. Dikit-dikit minum obat.

Memang, adanya obat ini membantu banget buat banyak macam keluhan. Tapi bukan berarti setiap keluhan memerlukan obat, lho. Misalnya batuk, ternyata ga butuh obat untuk menyembuhkannya. Cukup istirahat, makan makanan bergizi dan minum air lebih banyak. Obat diperlukan jika memang sangat-sangat dibutuhkan, itupun obat yang tersedia hanya untuk mengurangi keluhan bukan menyembuhkan. Padahal, batuk adalah gejala bukan penyakit. Batuk pun cara untuk membersihkan sekret/kotoran di saluran pernapasan.

Baca juga : Anak batuk? obatnya sabar

Juga misalnya demam, ga butuh obat pereda demam selama tidak mengganggu aktivitas. Dengan kompres hangat di lipatan-lipatan anggota badan, demam mudah turun. Berendam air hangat lebih enak. Yang paling penting ketika demam, bukan bagaimana menurunkan si demam tapi lebih bagaimana agar tidak dehidrasi. Karenanya, minum air lebih banyak lebih dianjurkan ketika demam dari pada langsung minum obat. Toh, demam bukan penyakit tapi alarm bahwa tubuh sedang melawan infeksi yang masuk ke tubuh, karena kuman akan mati di suhu tinggi tubuh kita.

Contoh kecil dua gejala yang sebenarnya tidak memerlukan obat tapi justru lebih sering diobati dengan obat.

Sakit apapun selama masih bisa beraktifitas, sebaiknya jangan pernah langsung minum obat. Home treatment lebih dulu diutamakan. Ketika memang ga kunjung pulih dan bahkan bertambah, kurangi keluhan dengan obat.

Obat bukan musuh tapi juga bukan teman dekat. Ada waktu yang tepat kapan harus minum obat. Yang paling penting ketika sakit adalah observasi dan evaluasi. Kalau gejalanya mengarah pada kedaruratan, ya berobat!

Sekarang banyak dokter umum atau spesialis yang menganut pemberian obat dengan metode RUM (penggunaan obat secara rasional). Jadi ga heran kalau berobat tapi pulang-pulang ga bawa obat. Karena memang tidak semua keluhan butuh obat.

Pengalaman teman sendiri, tiap pusing dikit selalu minum obat. Belum afdol kayanya kalo belum minum obat. Lama kelamaan, tiap pusing ga cukup 1 tablet sekali minum. Padahal itu hanya sugesti yang berujung pada ketergantungan.

Sebagai pasien, ada yang namanya hak dan kewajiban pasien. Salah satu haknya adalah pasien berhak mendapatkan informasi apapun seputar keluhan yang dirasa. Tanya ketika kita diberi resep obat-obatan yang menurut kita ga perlu. Gunakan hak kita sebagai pasien tanpa mengesampingkan kewajiban sebagai pasien. 

Jadi..

Ketika obat menjadi teman dekat, sakit dikit pun enaknya langsung minum obat :)

Salam, 

5 komentar

  1. Saya malah budaknya obat, mbak.. Udah ketergantungan 10 tahun lebih.. Udah kayak hape, kalo lowbat harus di cas. Hehe

    www.theamazingjasmi.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karna mungkin memang mba harus minum obat ya? Waktunya memang tepat u/ minum obat. Saya juga pernah setahun harus minum obat karna ada infeksi bakteri hehe. Btw, makasih sudah mampir mba.

      Hapus
  2. wah kalau aku ketagihan kerokan aklau dirasa badan gak enak, terus kerokan kalau sdh kerokan minun jahe hangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enak yang udah biasa dikerok mah ya. Saya baru sekali dikerok dan kapok. Sakit hehe

      Hapus
  3. Saya juga jarang mau minum obat, padahal tenaga kesehatan :D kalau parah banget, baru mau karena terpaksa. Hihi... Mama saya sering pusing, tapi obatnya itu minum kopi. Habis minum, plong...gak pusing sama sekali
    Obat itu baik, sekaligus jahat. Harus pintar2 milah lah. Seperti kalau cek harga barang di priceza.co.id bisa pilih yg murah atau harga yg sesuai dg budget kamu...

    BalasHapus

Welcome to my second home, dan terima kasih sudah mampir ke rumah.