Pentingnya Meyakini Kemampuan Anak


Buibu, ada ga sih yang punya pengalaman pribadi tentang kemampuan kita yang diragukan oleh orangtua sendiri?

Based on my experience, dari dulu, cukup sering kemampuan saya diragukan oleh orangtua saya sendiri. Bahkan kemampuan akan hal yang menurut saya sebenarnya sepele sekalipun.

"Ah udah lah, ga bakal bisa" atau "ga ada bisa nya" adalah ucapan yang sering saya dengar dari mulut orangtua ketika mereka mulai meragukan kemampuan hal sepele saya.

Kenapa sih mereka meragukan saya?

Mungkin karena sikap saya yang sedikit introvert sehingga selalu dianggap tidak banyak yang bisa saya lakukan.

Silahkan baca juga : Akibat Ekspektasi yang Tidak Sesuai Realita

Rasanya? Ah, jangan ditanya!

Dulu sih rasanya biasa aja, mungkin ya karena belum terlalu ngerti dan tidak dikit-dikit masuk hati. Tapi sekarang justru sebaliknya.

Sekarang saya sudah punya anak berusia 16 bulan. Salah satu tugas saya sebagai seorang Ibu adalah memastikan dia tumbuh dengan bahagia tanpa beban agar tidak meninggalkan inner child yang negatif dalam dirinya.



Kenapa sih saya ingin agar Anak tumbuh dengan bahagia?

Karena saya percaya, ketika Anak tumbuh dengan bahagia tanpa meninggalkan bekas luka di hatinya, Ibu akan menjadi sosok yang selalu dirindukan.

Silahkan baca juga : Agar Menjadi Ibu yang Dirindukan Anaknya

Sebagai Ibu muda yang masih berstatus Anak, banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil untuk kemudian saya aplikasikan ke Anak sendiri.

Salah satunya adalah tentang betapa pentingnya sebagai Ibu meyakini akan kemampuan Anak.

Karena saya mempunyai pengalaman tidak enak, maka saya tidak ingin Anak saya pun merasakan apa yang saya rasakan. Saya selalu memberikan kalimat-kalimat positif ketika Anak saya tidak bisa mengerjakan sesuatu.

Contohnya beberapa bulan yang lalu saat Anak saya belum bisa membuka tutup botol bekas minuman, yang saya ucapkan adalah "Sultan pasti bisa, coba diputar tutupnya" bukan malah saya ambil dan membantu membukanya. Ketika berulang kali dia belum bisa, baru lah saya yang membukanya.

Apapun yang dia tidak bisa lakukan, saya terlebih dulu memberinya semangat dan kalimat positif. Sampai akhirnya sekarang dia sudah bisa membuka sendiri tutup botol bekas minuman bahkan membuka tutup day cream Ibu nya sampai isi nya tinggal setengah karena dicolek dan diusap ke bajunya tanpa sepengetahuan saya -__-''

Kalau dia minta sesuatu yang memang sebenarnya dia belum mampu, saya lebih memilih menggunakan "belum bisa" daripada menggunakan kalimat "tidak bisa"

Silahkan baca juga : Salah satu Tugas Ibu Terhadap Perkembangan Anaknya

Contohnya ketika dia minta makan sendiri pakai sendok, saya ucapkan "Sultan belum bisa, Ibu suapin aja ya, nanti kalau udah bisa baru makan sendiri" Karena memang dia belum bisa makan sendiri.

Padahal sebenarnya, selain karena dia belum bisa, juga karena Ibu nya belum sanggup liat makanan yang akan super berantakan nanti nya kalau saya tetep kasih, hehe

Memberi kalimat semangat dan positif kepada Anak yang sedang dalam fase tumbuh kembang itu ternyata sangat penting ya buat ke depannya nanti.

Sama hal nya kaya kita dilarang me-labeli Anak dengan kata "Nakal" karena suatu hari nanti Anak akan menganggap dirinya adalah Anak yang nakal.

Begitu juga dengan kalimat semangat dan positif, Anak akan semangat untuk terus belajar dan selalu yakin bahwa suatu hari nanti dia pasti bisa melakukannya.

Dan bagi saya pribadi, yang paling terpenting adalah ketika saya sebagai orangtua membiasakan menggunakan kalimat yang membangun, harapannya ketika Anak dewasa nanti tidak ada perkataan saya yang membekas di hatinya sehingga saya menjadi Ibu yang selalu dan selamanya dirindukan oleh Anak. 

6 komentar

  1. Saya mencoba menganalisis tapi tidak berdasarkan studi ilmiah, kebanyakan orang tua masih menganggap kita anak kecil yang tidak bisa apa-apa sehingga meragukan kita.
    Alhamdulillah, Mba tidak meragukan anak-anak Mba. Semangat ya Mba Icha..! ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo, Mba.

      Belajar dari pengalaman mba, diragukan seperti itu ga enak banget. Makanya saya berusaha tidak berlaku seperti itu ke anak sendiri.

      Btw, thanks udah mampir mba

      Hapus
  2. hai mba icha,waktu kecil saya termasuk yang suka diragukan kemampuannya, ini mungkin salah satu hal yang membuat saya tumbuh kurang PD dan takut salah, tapi makin kesini saya berusaha agar anak saya tidak seperti saya, salah satunya ya yang seperti mba lakukan..:).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huhu ada temennya saya, hehe

      Yaps, Mba. Karena diperlakukan seperti itu rasanya ga enak, sebisa mungkin kita menghindari hal kaya gitu ke anak.

      Btw, thanks udah mampir mba

      Hapus
  3. Saya masih status jadi anak sih, dan sering dibegituin sama Ibuk. Mati-matian healing loh, biar enggak merasa cuma kubangan lumpur tak berguna. Setelah mikir lama kadang sebenarnya ortu ngelakuin kayak gitu karena luka di masa lampau bukan sih, pernah diperlakukan seperti itu oleh kakek nenek kita, terus nggak diobati jadi nurun metode parenting-nya ke anak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Innerchild gitu ya, Mba. Dulu karena mereka digituin dan sekarang kita yang digituin.

      Kalau ortu saya sih waallahu a'lam deh mba dulu digituin ga, hehe

      Btw, makasih sudah mampir mba

      Hapus

Welcome to my second home, dan terima kasih sudah mampir ke rumah.