SANG PENYEMANGAT


2004, tahun dimana saya pertama kali memijakan kaki di sebuah pesantren modern bilangan jakarta.

2004, tahun dimana saya mulai memakai jilbab.

2004, tahun dimana mulai bertemu dengan wajah-wajah asing yang kemudian menjadi teman seperjuangan.

2004, tahun dimana saya pertama kali tinggal jauh dari orang tua sehingga otomatis menjadi pribadi yang mandiri disaat usiaku masih 11 tahun.

Itulah 2004, tahun dimana saya resmi menjadi salah satu santriwati pondok pesantren DAARUL RAHMAN jakarta.

DAARUL RAHMAN, pondok pesantren yang di asuh oleh Prof.KH.Syukron Ma’mun, sosok kiyai yang sangat berwibawa, yang sangat saya hormati dan saya kagumi.

Enam tahun saya mengenyam pendidikan di DAARUL RAHMAN, sudah pasti banyak sekali pengalaman suka duka, susah senang, jatuh bangun yang saya alami disana, tapi kini itu semua hanya menjadi kenangan yang sering saya merasa rindu ingin kembali mengulang itu semua, rindu suasana sekolah, rindu kegiatan-kegiatan sebagai santri, rindu semua yang pernah dilakukan disana.

Dulu, tiap kali pak kiyai mengajar setelah sholat subuh tak jarang saya mendengarkannya dengan mata yang terkantuk-kantuk lalu tidur tanpa sadar dengan pastinya posisi duduk sehingga jadi gampang bangun karna entah itu dicolek temen atau bangun sendiri karna mendengar suara pak kiyai (ayo ngaku, sepertinya bukan hanya saya yang pernah begitu hehehe)

Sekarang, ketika saya sudah disibukan dengan tugas-tugas juga kerjaan, kadang merasa menyesal karna dulu beberapa kali tak tuntas dari awal sampai selesai mendengar perkataan pak kiyai yang penuh dengan nasihat-nasihat yang padahal tidak tiap hari beliau mengajar kami, maafkan santri mu ini pak kiyai.

Enam tahun bukan waktu yang sebentar, itulah mengapa pasti semua alumni pernah merasakan rindu suasana pesantren. Ketika kelas 1 ingin segera ke kelas 2, kelas 2 ingin segera kelas 3 dan seterusnya dan tentunya ingin segera lulus, waktu terus berjalan hingga ketika tiba waktunya gladiresik untuk acara perpisahan, tak ingin rasanya hari perpisahan itu terjadi, mengingat terlalu banyak pengalaman dan kenangan yang berat untuk ditinggalkan. (ini jujur loh dari hati yang paling dalem :p)

Disaat saya kelas 3, saya pernah ingin sekali berhenti dan hampir saja terjadi tapi orang tua saya tak mengizinkan, saya tidak bisa membayangkan jika saat itu saya jadi berhenti, mungkin saya tidak akan menulis tulisan ini dan tidak akan tau kalo ternyata sesusah inikah rasanya untuk begitu saja melupakan kehidupan di pesantren.

Tahun ini adalah tahun kelima saya menyandang status sebagai alumni DAARUL RAHMAN, tapi walau begitu tak ada yang saya lupakan dari pengalaman dan kenangan selama saya sekolah disana.

Dan diakhir tulisan ini, saya ingin mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga, untuk pak kiyai syukron ma’mun yang tak bosan-bosan nya memberikan nasihat kepada santri-santrinya terutama ketika menjelang liburan, untuk DAARUL RAHMAN, tempat yang telah memberikan saya begitu banyak pelajaran hidup, untuk guru-guru yang pernah mengajar saya, untuk teman-teman seangkatan yang saling bantu membantu dalam banyak segala hal termasuk pas ujian hehehe, dan tentunya tak lupa terimakasih untuk ALLAH subhana wa ta’ala azza wa jalla serta kedua orang tua saya atas segala nya.














Tidak ada komentar

Welcome to my second home, dan terima kasih sudah mampir ke rumah.